Tuesday 5 April 2011

Sehat Itu Mahal!

apotik
Hotel prodeo, kalau mendengar kalimat ini yang terbayang di kepala saya adalah: aha makan gratis!. Ya bener-bener gratis, mau makan gratis selama seminggu, sebulan, tahunan, durasinya terserah Anda. Meskipun gratis, sayang seribu sayang, menu makanan disana sangat terbatas. Tak ada ayam crispy, barbeque ataupun avocado float. Menunya terbatas pada, sayur kangkung setengah basi, ikan teri goreng setengah matang, dan nasi putih bumbu karak. Ah seandainya menu makanan disana sekelas hotel bintang 5, saya yakin banyak yang ingin mencicipi hotel prodeo, bahkan bukan tak mungkin pak bondan mak nyus bakal nyadain tour kuliner di hotel prodeo.

Nah diantara ratusan atau ribuan hotel prodeo, ada satu hotel prodeo yang terkenal, hotel itu bernama Penjara Guatemala. Mereka yang bisa masuk ke Guatemala hanyalah orang-orang pilihan. Selain fasilitas standar ala hotel prodeo lainnya, ada fasilitas tambahan yang ekslusif hanya disediakan oleh Penjara Guatemala. Fasilitas itu antara lain:



- Terapi kejut listrik gratis!, prosesnya awalnya Anda diberi beberapa pertanyaan, kemudian lidah Anda akan disambungkan ke kabel imut warna-warni, mungkin Anda bisa memilih warna pink. Nah kabel-kabel inilah yang akan menghantarkan listrik tegangan tinggi langsung ke lidah Anda!! wow dijamin Anda akan mendapatkan sensasi yang tidak akan terlupakan.

- Fasilitas menarik lainnya adalah, kursus renang gratis. Hmm mungkin lebih tepatnya disebut kursus tenggelam gratis. Kepala dan tubuh Anda secara kontinyu akan dimasukkan kedalam air - diangkat lagi, dimasukkan air - diangkat lagi, terus begitu, persis seperti orang tenggelam. Garansi 100% Anda bakal megap-megap plus sensasi stres tingkat tinggi.

- Tapi diantara fasilitas-fasilitas itu ada 1 yang terkenal, yaitu: sifilis gratis! sifilis itu bukan nama makanan atau merk baju, tapi ini adalah sifilis penyakit kelamin pria. Sekali lagi Anda bisa memperolehnya secara gratis di penjara Guatemala. Pada tahun 1946-1948, beberapa ahli medis melakukan riset rahasia yang bertujuan melihat langsung efek penyakit sifilis pada manusia. Berhubung tidak ada manusia yang mau secara sukarela menjadi bahan percobaan, maka para narapidana di Guatemala yang menjadi korban pesakitan. Tanpa mereka sadari, para ahli medis itu secara sengaja menyuntikkan penyakit sifilis kepada mereka. Total sekitar 696 orang terjangkit sifilis gratis.

Sebelum Anda protes kenapa artikel ini tidak nyambung dengan judulnya, saya sudahi cerita tentang penjara, kini saatnya membahas topik yang sesuai dengan judulnya ‘sehat itu mahal’, sekarang kita membahas internet.

Di dunia internet, website berakhiran .com itu artinya commercial. Biasanya digunakan untuk website yang bertujuan komersil, bisnis dan semacamnya. Sedang website dengan akhiran .org itu kepanjangan dari organisation, ditujukan untuk website nirlaba, sosial, kemanusiaan dsb. Nah kalau Anda perhatikan website milik rumah sakit, apotik, perusahaan obat rata-rata memakai akhiran .com. Dari situ sudah jelas, bahwa rumah sakit dan kawan-kawannya adalah perkumpulan manusia yang berorientasi bisnis. Mereka sudah pasti bukan kumpulan lembaga kemanusiaan, makanya jangan heran, kalau sebagian besar dari mereka dalam menjalankan misi “menyehatkan manusia” penuh dengan cita rasa bisnis. Contoh kecil, ketika selesai ngamar dari rumah sakit, Anda akan disodori kertas berharga ratusan ribu sampai jutaan. Kertas itu untuk lebih mudahnya saya sebut tagihan pembayaran. Kalau membaca detail biaya dikertas itu, saya langsung salut betapa lihainya otak bisnis serakah mereka. Selain biaya wajib seperti penginapan dan obat, ada biaya lain-lain yang tampak sepele. Biaya konsultasi dokter, biaya manggil perawat, biaya kebersihan, biaya ganti seprai dan biaya lain-lainnya. Intinya, total digit 0 yang tertulis minim ada 5.

Itu masih di rumah sakit, saat berobat pun kita tak lepas dari praktik bisnis yang lihai ini. Sudah jadi rahasia umum, perusahaan farmasi dan dokter memiliki ikatan khusus. Perusahaan farmasi melalui sales-salesnya berusaha sebisa mungkin merayu dokter agar menggunakan produk obatnya. Tentu saja semua itu tidak cuma-cuma. Ada pembagian komisi ataupun bonus dari setiap obat yang dipakai oleh si dokter, belum lagi upeti-upeti kecil macam buah-buahan yang dibawa oleh para sales. Bahkan dokter yang merasa sudah banyak “menjualkan” obat perusahaan farmasi tertentu, tidak segan-segan meminta bonus tambahan. Melalui sales yang datang ia menyampaikan pesan terselubung itu, “wah anak saya kemarin minta ponsel baru nih, yang harganya 1jutaan gitu, gimana menurut adik?”. Secara ajaib, besok sales itu datang lagi dengan membawa ponsel untuk sang dokter. Yah bisa disebut ini adalah simbiosis mutualisme, tapi... yang diuntungkan hanyalah dokter dan perusahaan farmasi, sedang orang yang berobat ke dokter tersebut adalah korban.

Pernah melihat iklan pemerintah yang intinya mengatakan, obat generik sama khasiatnya dengan obat bermerk. Ya itu benar sekali. Selama komposisi obat generik itu sama, ya khasiatnya tidak ada bedanya dengan obat bermerk yang harganya jauh lebih mahal. Logikanya kalau ada yang lebih murah dengan kualitas sama, ngapain beli yang mahal. Itu logikanya, sayang sekali di dunia bisnis obat, logika itu seringkali tidak kepake. Ketika kita berobat ke dokter yang mengikat kontrak dengan perusahaan farmasi, kita pasti disodori resep berisi obat bikinan perusahaan farmasi tersebut, harganya? tentu jauh lebih mahal. Sudah sakit dibodohi pula, betapa menyedihkannya nasib menjadi orang sakit itu.

Saya - Anda mungkin pernah menjadi korban bisnis “kesehatan” ini. Bahkan mungkin nanti-nantinya kita kembali menjadi korban bisnis model ini. Korban terbaru adalah teman saya. Beberapa hari lalu teman saya bercerita, ia rela menggadaikan harga diri untuk ngurus surat keterangan miskin, demi mendapat keringanan biaya berobat. Huff betapa mengenaskan.

Seandainya suatu saat nanti saya melihat orang yang ditahan tidak boleh pulang, karena tidak mampu membayar biaya berobat di rumah sakit, saya bakal mendatangi dia, kemudian menepuk bahunya dan berkata dengan iba, “Sorry bro, its all about the money, and allways about money. Face it.”

Dia mungkin akan menatap wajah saya lama, lalu hati saya akan bedesir gembira, karena empati saya mampu sedikit menghibur orang yang kesusahan itu.

Bibir orang itu mulai bergerak-gerak, ia pasti akan mengungkapkan terimakasih dan perasaan harunya kepada saya. Saya sudah bersiap-siap memberikan senyuman terindah kepada orang itu, ketika kemudian dia berkata, “nyrocos apa sih lu?? wajah lu tuh wajah udik, gak usah bergaya british deh. Alay banget sih. Gak tau orang lagi susah apa?? Pergi sana!!!”

Hikmah dari tulisan saya yang panjang ini adalah: Kecuali kamu punya tampang bule, jangan pernah coba-coba ngomong bahasa inggris…

No comments:

Post a Comment